Rabu, 17 Februari 2010

MANAJEMEN SEMUT


Saudaraku, tentu pernah membeli susu kental manis dalam kaleng bukan? Begitupun saya. Setiap kali membeli susu kaleng, setelah kalengnya dilubangi biasanya saya simpan dalam mangkuk yang telah terisi air, dengan maksud terhindar dari semut.

Suatu pagi, sebelum berangkat kerja, saya menyiapkan minuman hangat favorit, segelas air teh hangat dicampur susu dalam kaleng. Sebelum menuangkan susu ke dalam gelas, kulihat di air dalam mangkok tempat susu itu beberapa ekor semut yang sudah tak bernyawa.

Saudaraku, sungguh pemandangan yang mungkin biasa kita lihat, sekumpulan semut yang mati di tengah genangan air. Namun pernahkah kita renungkan betapa hebatnya mentalitas sang semut walaupun bertubuh kecil tapi memiliki semangat yang sangat besar. Semut tahu di dalam kaleng itu ada susu yang lezat, tapi ada genangan air yang menghalanginya. Maka Ia pun berenang, walaupun nyawa menjadi taruhannya. Dan tahukah, di antara mereka ada yang berhasil menikmati susu kaleng itu, walaupun sebagian di antara mereka ada yang meregang nyawa.

Di antara pelajaran berharga dari makhluk Allah yang bernama “semut’ adalah makna sebuah kerja keras. Bukankah seringkali kita tidak bersemangat ketika mendapatkan sebuah tantangan baru, merasa diri tidak mampu, padahal saat itu kita tahu bahwa ada sebuah kenikmatan yang bisa kita dapatkan seandainya kita bisa melewati dengan baik tantangan itu. Kita pun akhirnya berpasrah diri, menerima keadaan saat ini tanpa beranjak kepada situasi dan kondisi kehidupan yang lebih baik.

Ibarat sebuah perjalanan, bekerja keras tentu adalah sebuah gerak langkah menuju satu tujuan. Jika kita diam tanpa sebuah gerakan apapun, tentu kita tidak akan pernah sampai pada sebuah tujuan. Bukankah alam semesta pun bergerak? Bayangkan seandainya bumi berhenti bergerak, matahari enggan berputar, planet dan bintang-bintang berdiam diri, tentu kita tahu apa yang akan terjadi dengan kehidupan manusia dan alam semesta raya. Lihatlah air yang tergenang tiada mengalir, biasanya kotor bahkan bisa menjadi sumber penyakit, kemudian bandingkan dengan air sungai jernih yang mengalir deras dari pegunungan tentu akan terlihat lebih segar menyejukkan.

Belajar kerja keras dari sang semut, teringat suatu saat dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah mencium tangan orang yang bekerja mencari kayu, yaitu Sa’ad bin Mu’az ketika melihat tangannya kasar karena dia bekerja keras. Nabi Muhammad SAW pun bersabda, "Inilah dua telapak tangan yang dicintai Allah.” Rasulullah SAW sebagai pemimpin sejati, tentu menjadi suri teladan dalam hal kerja keras. Tiada mungkin terbangun peradaban emas kaum muslimin abad ke 7 s.d 14 di Andalusia Spanyol tanpa sebuah mental kerja keras Rasulullah dan para sahabatnya. Sungguh tiada mungkin, Islam menyebar hingga ke seluruh pelosok negeri jika saja Rasulullh dan para sahabatnya berpangku tangan tanpa sebuah kerja keras. Selain bekerja keras siang dan malam untuk umatnya, Rasulullah pun diriwayatkan, menjahit sendiri bajunya, memeras sendiri susu kambingnya dan melayani keluarga. Subhanallah.

Menarik apa yang di sampaikan salah seorang sahabat Rasulullah, Umar bin Khattab, ”Janganlah salah seorang kamu duduk di mesjid dan berdo’a, ‘Ya Allah berilah aku rezeki’. Sedangkan ia tahu bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas dan hujan perak.” Bahkan Umar pernah menegur seseorang yang hanya duduk berdo’a di masjid tanpa mau bekerja dan berusaha, hanya mengharapkan bantuan orang lain.

Sifat malas bukanlah sikap mental yang diajarkan Rasulullah. Karenanya beliau pernah berdo’a kepada Allah agar dilindungi dari sifat lemah dan malas.

”Ya Allah, Aku berlindung kepada-Mu dari kegelisahan dan kesedihan, Aku berlindung kepada-MU dari kelemahan dan kemalasan. Aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan pelit, Aku berlindung kepada-Mu dari jeratan hutang dan kesewenang-wenangan orang lain.”

Akhirnya, marilah kita jadikan setiap desah nafas sebagai dzikir kita kepada Allah SWT. Kita jadikan setiap gerak langkah kita sebagai tasbih kita kepadaNya. Apapun profesi kita, di manapun kita bekerja, apapun status kita, jadikanlah semuanya sebagai pengabdian kepada Allah tanda syukur kita kepada Tuhan yang telah menghidupkan dan menggerakkan kita.